Testimoni Alumni Beasiswa NTB, Belajar di Luar Negeri: Membangun Jejaring dan Menambah Wawasan Globa
Salah satu program unggulan Pemerintah Provinsi NTB, program 1.000 Cendekia mulai menampakkan hasilnya. Beberapa orang penerima beasiswa NTB di luar negeri telah menyelesaikan studi. Hal itu jadi kado HUT ke-62 Provinsi NTB. Bagi alumni, beasiswa ini sangat dirasakan manfaatnya terutama pengalaman dan wawasan global mereka bertambah, juga langkah pertama merintis jejaring antar alumni.
Salah satu alumni gelombang pertama beasiswa NTB, Hasan Basri, MA., telah menyelesaikan studi di Tourism Management, Vistula School of Hospitality, Polandia pada Juni 2020. Ia berangkat pada Oktober 2018. Ia mengakui, beasiswa NTB ini berkontribusi membantunya mendapatkan kepercayaan lebih dalam pekerjaan.
“Khususnya posisi kerja yang lebih baik, juga pengembangan pengetahuan yang korelasinya sangat dekat dengan lingkungan saya saat ini: pariwisata,” kata Hasan.
Hasan berasal dari Dusun Oleng, Desa Seriwe, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Saat ini berusia 31 tahun. Ia bekerja di pusat bahasa Universitas Hamzanwadi dan di Lembaga Bale Beleq yang didirikannya beberapa tahun sebelumnya, membidangi kursus dan pelatihan kebahasaan dan media ajar.
Menurutnya, setelah ia lulus dari studi di luar negeri berkat besiswa NTB, kepercayaan yang baik terhadap dirinya mulai dirasakannya. “Hal yang saya rasakan adalah adanya mutual agreement dan kolaborasi positif antara para alumni. Hal ini menandakan ada dampak yang signifikan terhadap penguatan kapasitas SDM dari beasiswa ini,” katanya.
Hasan menjelaskan, alasan utama kuliah di luar negeri untuk memperkaya pengalaman, pola pikir, dan waktu yang lebih lama untuk belajar disiplin ilmunya. Ia menerima beasiswa kategori dibiayai secara penuh atau fully funded . “Sejujurnya, kalau (hanya) di sini, saya belum mampu fokus untuk belajar dikarenakan aktivitas lain. Alasan lainnya untuk memperluas jaringan,” katanya.
Ia menceritakan awal mula mengikuti Beasiswa NTB ini. Awalnya ia mendapatkan beasiswa LPDP ke Amerika Serikat. Pada waktu yang hampir bersamaan dapat kabar bahwa Pemprov membuka beassiwa gelombang pertama, dan langsung saya daftar. “Alhamdulillah lolos seleksi. Hal yang paling berat adalah memutuskan untuk memilih, LPDP atau Beasiswa NTB. Kalau LPDP masih ada pelatihan yang saya harus ikuti di Yogyakarta waktu itu, tapi karena beasiswa NTB ini super cepat untuk proses pemberangkatan, dan peluang berangkat sudah 98 persen, jadi saya dan keluarga memutuskan untuk melepas LPDP,” katanya.
Penguatan jaringan juga dirasakannya saat menempuh studi di Polandia. Ia pernah menjadi relawan mengajar bahasa Indonesia di sekolah dasar di Warsawa, Polandia. Kegiatan lainnya juga banyak diikuti seperti zikir bulanan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI), promosi budaya, kegiatan mahasiswa lintas negara yang tergabung dalam mahasiswa Asia, dan lainnya.
“Diharapkan beasiswa ini ke depan lebih banyak kuotanya dan ditambah jenjangnya misal program doktor sehingga akan dapat mempercepat pembangunan di daerah, baik fisik maupun mutu manusianya,” harap Hasan.
Hal senada disampaikan salah satu alumni Beasiswa NTB, Dwi Rizka Harriami, S.Pd., M.A. ia menyelesaikan studi di jurusan Tourism and Recreation, Vistula School of Hospitality di Warsawa, Polandia. Ia berangkat pada bulan Oktober 2018 dan lulus September 2020. Setelah lulus, ia kembali ke Sumbawa dan melanjutkan pekerjaan sebagai guru dan koordinator bahasa Inggris di SIT Samawa Cendekia.
Dwi Rizka Harriami berasal dari Sumbawa Besar, dan saat ini berusia 31 tahun. Saat ini, ia juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pariwisata di Sumbawa dengan melakukan kerjasama dengan Association of Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) cabang Sumbawa. “Kerja sama ini nantinya akan berupa pelatihan bahasa Inggris bagi warga lokal di daerah pengembangan tujuan wisata di Sumbawa,” katanya.
Menurutnya, Beasiswa NTB sangat memberikan dampak positif bagi pengembangan diri. Karena selama studi di Warsawa, banyak jaringan kampus, teman-teman organisasi kampus dari berbagai negara dan melatih kepercayaan diri dalam berorganisasi. “Sebagai seorang akademisi di bidang pariwisata, ilmu yang didapat bisa dimanfaatkan untuk pengembangan pariwisata Sumbawa dan bekerja sama dengan pihak terkait,” ujarnya.
Sebagai penerima beasiswa NTB gelombang pertama tujuan Polandia, Dwi Rizka Harriami menyampaikan, jalan awal yang ditempuh pertama kali ketika sampai di sana tidaklah mudah. Namun, sebagai pembuka pintu awal memperkenalkan NTB di Polandia, beasiswa NTB hadir untuk menjawab keraguan akan pengembangan SDM di NTB.
“NTB memiliki banyak SDM yang bermutu dan perlu didukung pemerintah. Beasiswa ini menjadi salah satu jalan untuk membuka kesempatan anak-anak NTB berprestasi dan mengasah diri di negara tujuan dan menjadi perwakilan daerah di sana,” ujarnya.
Ia menceritakan, awal ikut beasiswa NTB karena melihat informasi yang dibagikan Gubernur NTB, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc.di akun media sosial. Ia menerima beasiswa kategori dibiayai secara penuh atau fully funded. “Saya ikuti prosedurnya dari seleksi administrasi, wawancara dan akhirnya dinyatakan lulus beasiswa NTB,” katanya.
Kuliah ke luar negeri merupakan impiannya sejak kecil, sekaligus ingin membanggakan orang tua. “Alasan kuat ingin kuliah di luar negeri karena impian sejak kecil, membanggakan orang tua dan juga ingin mengunjungi kota Zurich, Swiss,” katanya.
Program 1.000 Cendekia merupakan salah satu program unggulan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc., dan Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah. Program strategis ini merupakan bagian dari misi NTB Gemilang yaitu NTB Sehat dan Cerdas dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai fondasi daya saing daerah.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan dan Provinsi NTB, Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., menjelaskan, program 1.000 cendekia merupakan program unggulan gubernur dan wakil gubernur NTB. Hajatan awal dari program ini berupa pengiriman mahasiswa ke luar negeri. Namun di tahun 2020 ini, program 1.000 cendekia dikembangkan dengan menyeimbangkan beasiswa luar negeri dan beasiswa dalam negeri. Penerima beasiswa mencapai 500-an orang.
“Harapan besarnya, untuk peningkatan kualitas SDM di NTB. Bisa menyukseskan pogram unggulan dari Pemerintah Provinsi NTB, untuk dapat peluang menempuh pendidian di luar negeri dan menyelesaikan pendidikan di dalam negeri. Sehingga angka partisipasi meningkat, tercapai lama rata-rata lama sekolah. Angka partisipasi masyarakat mampu maupun tidak mampu menempuh pendidikan meningkatn untuk kuliah di daerah di Indonesia dan luar negri,” jelas Aidy.
Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah dalam sebuah kesempatan meyakini, jika NTB mampu menuntaskan pengiriman banyak mahasiswa ke luar negeri dalam jumlah besar, hal itu akan menumbuhkan optimisme. Masyarakat NTB akan terpantik semangatnya untuk menaklukkan tantangan yang lebih berat. Beasiswa NTB itu untuk membangun cara pandang yang lebih luas, membangun jaringan dan kemampuan berinteraksi di tengah percaturan global yang kian kompetitif.
Terpisah, Direktur LPPNTB, Irwan Rahadi, M.Sc., menjelaskan, secara umum program 1.000 cendekia ini untuk peningkatan SDM melalui pendidikan. “Kita butuh SDM yang punya jaringan internasional dan pengalaman internasional. Diharapkan bisa berjalan terus dan sukses, dan semakin banyak anak NTB bisa disekolahkan dan bisa bersaing dengan provinsi lain dalam konteks sumber daya manusia,” ujarnya.
Ia menjelaskan, pengiriman pertama beasiswa NTB dilaksanakan pada tahun 2018. Pengiriman pertama ke Polandia sebanyak lima orang. Saat ini sudah ada 38 orang yang telah menyelesaikan studi. “Mereka sudah bekerja sebagai dosen, bekerja di perusahaan, ada juga di luar daerah sebagai dosen,” ujar Irwan.
Sumber (suarantb, 15/12/2020)