Dikbud Tegaskan Penghentian Belajar Tatap Muka Hanya di Zona Merah

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB menegaskan penghentian pembelajaran tatap muka hanya di zona merah penyebaran Covid-19. Sedangkan, untuk daerah zona oranye dan kuning, pembelajaran tatap muka diutamakan bagi siswa kelas akhir atau kelas XII, bagi siswa kelas X dan XI menggunakan pola simulasi.

Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H Aidy Furqan, M.Pd., pada Sabtu, 23 Januari 2021 menegaskan, pembelajaran di daerah zona merah penyebaran Covid-19 dilaksanakan dengan mekanisme Belajar dari Rumah (BDR). Pembelajaran tatap muka di zona merah dihentikan sementara.

Sedangkan, pembelajaran tatap muka di daerah zona oranye dan kuning tetap diberlakukan kepada siswa kelas akhir untuk menyiapkan mereka mengikuti ujian sekolah pada bulan April mendatang. “Kelas X dan XI atau lainnya di luar zona merah boleh dengan BDR,” katanya.

Aidy menekankan, siswa kelas X dan XI di zona oranye mengikuti pembelajaran tatap muka dengan pola simulasi saja. Sementara di zona kuning, pembelajaran tatap muka menggunakan sistem sif. “Untuk zona merah semuanya BDR,” ujarnya.

Berdasarkan pembaruan data dari Satgas Covid-19 di NTB pada Sabtu, 23 Januari 2021, empat daerah di NTB berada di zona merah penyebaran Covid-19, yaitu Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Dompu, Kota Bima, dan Kabupaten Bima. Sedangkan daerah yang berada di zona oranye yaitu Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok Timur, dan Kabupaten Sumbawa Barat. Daerah yang berada di zona kuning yaitu Kabupaten Lombok Utara dan Kabupaten Lombok Tengah.

Aidy mengatakan, pihaknya telah mengadakan rapat evaluasi bersama kepala SMA, SMK, dan SLB di Pulau Lombok pada Jumat, 22 Januari 2021. Rapat evaluasi itu sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dikeluarkan pihaknya untuk layanan pembelajaran tatap muka terbatas di SMA, SMK, dan SLB. Evaluasi berkala sekurang-kurangnya dilaksanakan dua minggu atau satu bulan sekali. Hal itu untuk menyikapi berbagai persoalan yang muncul.

“Apalagi beberapa sekolah terkonfirmasi positif, baik siswa maupun guru, saya ingin memastikan di semua sekolah, bagaimana pelaksanaan layanan belajar tatap muka,” katanya.

Dari evaluasi itu, ditemukan beberapa sekolah mengatur jadwal layanan tatap muka secara sif, atau blok, atau jadwal reguler. Kemudian masalah yang muncul, terkait permasalahan adanya kantin, karena siswa butuh suplai energi.

Di samping itu, pihaknya juga menggunakan pola buka-tutup pembelajaran jika ditemukan adanya siswa atau guru terkonfirmasi positif. Dilakukan proses penelusuran riwayat kontak, dan penghentian sementara layanan belajar tatap muka.

Sumber ( Suara NTB , 27/01/2021)