SMKN 1 Kotaraja Belajar Kelola Sampah

Berkunjung ke bank sampah, sekilas kita akan membayangkan tumpukan sampah beraneka jenis. Akan tetapi pemandangan berbeda terlihat di Bank Sampah NTB Mandiri yang ada di wilayah Ampenan Mataram. Setiap pengunjung akan dibuat terpukau dengan suasana yang asri di lokasi pengolahan sampah.

Pada kunjungan sejumlah guru SMKN 1 Kotaraja ke Bank Sampah NTB Mandiri, Kamis, 22 April 2021 sebagai upaya untuk mendukung program zero waste. Kunjungan para guru SMKN 1 Kotaraja itu dalam rangka belajar tata kelola pemanfaatan sampah.

Ahmad Apandi, S.Pd., salah satu guru sekolah setempat yang turut dalam rombongan mengungkapkan ternyata persepsi tentang sampah jauh berbeda setelah berkunjung ke Bank Sampah NTB Mandiri.

Bahkan di tempat ini terdapat kolam ikan dan satu unit hidroponik. Setiap sisi lahan pekarangan ditanami aneka tanaman bunga. Di lokasi bank sampah ini juga dilengkapi dengan kantor, tempat pelatihan dan galeri untuk memajang aneka hasil karya daur ulang sampah dari plastik dan kertas.

Tak hanya dibeli oleh pembeli lokal saja, bahkan hasil karya kreasi daur ulang sampah itu sudah menembus pasar mancanegara. Singapura, Australia dan berbagai negara di Eropa adalah negara tujuan ekspor hasil karya bank sampah NTBM selama ini.

Sementara itu Aisyah Odist, pemilik sekaligus pendiri Bank sampah NTB Mandiri menjelaskan kepada tim SMKN 1 Kotaraja, bahwa usaha yang dirintisnya sejak 11 tahun lalu ini sekarang sudah memiliki ratusan nasabah dari berbagai wilayah di NTB dengan sistem kemitraan.

Setiap nasabah akan diberikan buku tabungan khusus yang akan dicatat setiap kali menyetor sampah. Saldo tabungan bisa dicairkan setiap tiga bulan sekali atau ketika sudah mencapai nominal yang cukup banyak.

Berbeda dengan Bank sampah lainnya, bank sampah NTBM ini hanya menerima jenis sampah anorganik tertentu, yaitu kertas dan plastik limbah rumah tangga. Sampah jenis besi dan botol beling tidak diterima.

“Kami menerima sampah yang dibawa oleh warga dengan syarat sampah tersebut milik sendiri dan tidak laku dijual, karena kami memiliki visi untuk lingkungan dan pendidikan,” jelas Aisyah.

Menurut Aisyah, semua sampah di Lombok bisa diolah, asal mau memilah sampah organik dan non organik. Untuk sampah bungkus kemasan plastik yang disetorkan, Aisyah memberi harga Rp1.000,- per 100 lembar, dan Rp2.000,- jika telah digunting sisi atas dan bawahnya.

Bungkus-bungkus kemasan plastik seperti kemasan kopi, deterjen, minyak goreng, minuman dan lain-lain akan dicuci di tempat pengolahan sampah.

Setelah sampah dicuci bersih dan dikeringkan, tahapan selanjutnya adalah dilakukan pelipatan dan penganyaman. Dalam hal ini ada tambahan upah khusus lagi yang ditawarkan bagi nasabah.

Dalam proses pembuatan daur ulang sampah hingga menjadi hasil karya yang bernilai ekonomis, Aisyah memberdayakan belasan karyawan yang sebagian besar penyandang disabilitas, juga para remaja yang tergabung dalam komunitas anak punk di Mataram.

Sumber (SuaraNTB, 24/04/2021)

#ntbgemilang

#ntbsehatdancerdas

#ntbsehat&cerdas

#dikbudntb

#pendidikanntbgemilang

#pendidikanntbmembanggakan

#sekolahkita

#pojokekspresi

#pendidikan

#kebudayaan

#pemprovntb

#beasiswantb

#programbeasiswantb