40 SMA di NTB Dijadikan Sasaran, Advokasi Pencegahan Siswa Rentan Putus Sekolah

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melakukan fasilitasi dan advokasi siswa rentan putus sekolah di NTB. Sebanyak 40 SMA di 10 kabupaten/kota di NTB menjadi sasaran fasilitasi dan advokasi ini selama tiga hari, sejak Kamis, 4 November 2021 sampai dengan Sabtu, 6 November 2021.

Direktur SMA Kemendikbudristek, Dr. Suhartono Arham, M.Si., saat melakukan kunjungan ke kantor Dinas Dikbud NTB, Jumat, 5 November 2021 mengatakan, pihaknya menargetkan fasilitasi dan advokasi ini kepada 40 SMA          di 10 kabupaten/kota di NTB dengan pola tatap muka dengan kepala sekolah untuk fasilitasi dan advokasi. “Nantinya akan dilakukan laporan kepada Dinas Dikbud NTB untuk pelaksanaan lebih lanjut,” ujarnya didampingi Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H. Aidy Furqan, dan Kepala BP PAUD dan Dikmas NTB, Drs. Suka, M.Pd.

Tujuan dari kegiatan ini, kata Suhartono, untuk melakukan fasilitasi dan advokasi pencegahan siswa rentan putus sekolah agar tidak putus sekolah di NTB. Selain itu, menyediakan praktik baik pencegahan siswa rentan putus sekolah agar tidak putus sekolah di NTB. “Untuk menindaklanjuti hasil implementasi terbatas pencegahan siswa rentan putus sekolah agar tidak putus sekolah di NTB,” ujarnya.

Menurutnya, data siswa putus sekolah di Provinsi NTB per Januari 2021 menunjukkan bahwa sekitar 2.114 siswa putus sekolah. Data ini merupakan data kumulatif untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Ia menyampaikan, beberapa faktor penyebab siswa putus sekolah di NTB meliputi pernikahan dini, antara lain anak yang pulang larut malam segera dinikahkan menurut pandangan orang tua berdasarkan budaya dan kearifan lokal. Selain itu, faktor ekonomi. Faktor kondisi sosial orang tua siswa, seperti belum memprioritaskan pendidikan untuk anaknya. Termasuk motivasi belajar siswa yang masih perlu ditingkatkan.

Suhartono menekankan, faktor pernikahan dini merupakan faktor penyebab yang dominan terhadap angka putus sekolah di NTB. Konsekuensi negatif dari pandemi Covid-19, yaitu meningkatnya siswa rentan putus sekolah dan siswa putus sekolah.

Ia menegaskan, fenomena meningkatnya siswa rentan putus sekolah dan putus sekolah ini memerlukan upaya bersama antara sekolah, dinas pendidikan provinsi dan Direktorat SMA. “Secara umum, implementasi terbatas menunjukkan hasil yang baik dan dapat dikembangkan ke lingkup yang lebih luas. Komitmen dan dukungan dari sekolah serta Dinas Pendidikan Provinsi NTB menjadi faktor utama keberhasilan program ini,” jelasnya.

Pihaknya menyarankan, identifikasi dini terhadap anak rentan putus sekolah dapat dilakukan mulai awal masuk sekolah dengan melihat perkembangan siswa dalam tiga indikator, yaitu: absensi/kehadiran dalam proses belajar di sekolah, perilaku bermasalah/indisipliner, dan perkembangan belajar siswa.

“Ketiga indikator tersebut saling berpengaruh satu sama lain serta berguna untuk mendeteksi tingkat kerentanan siswa untuk putus sekolah. Misalnya, siswa yang sering melakukan tindakan indisipliner cenderung sering tidak masuk sekolah sehingga terganggu dalam proses belajar mereka dan dikhawatirkan putus sekolah,” jelasnya.

Suhartono menegaskan, sekolah perlu mengidentifikasi siswa-siswi yang menunjukkan gejala ketidakhadiran, perilaku indisipliner, dan perkembangan akademis yang terganggu untuk selanjutnya mengelompokan siswa-siswi tersebut menjadi anak rentan putus sekolah agar dapat ditindaklanjuti.

“Sekolah juga perlu menentukan standar/ambang batas pada siswa-siswi berdasarkan 3 indikator tersebut. Identifikasi berdasarkan 3 indikator tersebut dapat dilakukan dalam sebuah kartu identifikasi siswa yang menggambarkan catatan ketidakhadiran, perilaku indisipliner, dan perkembangan akademis,” ujarnya.

Kepala Dinas Dikbud NTB, Dr. H. Aidy Furqan, M.Pd., dalam kesempatan sambutannya menyampaikan sejumlah program pihaknya. Salah satu yang menjadi program unggulan untuk menuntaskan masalah putus sekolah melalui program SMA Terbuka. Menurutnya, 17 SMA di NTB sebagai sekolah induk penyelenggara SMA Terbuka di NTB. Antusiasme masyarakat untuk bersekolah di SMA Terbuka cukup baik, hal ini terlihat dari total siswa di semua SMA Terbuka yaitu sebanyak 1.589 orang.

“Jika di tahun depan ada lagi yang mendaftar, maka jumlah siswa putus sekolah bisa tertangani,” ujarnya. (ron)

Sumber ( Suara NTB , 6 November 2021)