Sekolah Perbaiki Kekurangan Lewat Simulasi Penguatan

Sejumlah sekolah jenjang SMA, SMK dan SLB memanfaatkan simulasi penguatan pembelajaran secara tatap muka untuk mematangkan persiapan membuka pembelajaran di sekolah. Simulasi penguatan mulai dilaksanakan pada senin (12/10) lalu.

Kepala SMAN 3 Mataram, Sunoto pada rabu (14/10) menyampaikan, simulasi yang dilaksanakan berjalan lancar, karena diakuinya pihaknya sangat siap melaksanakan simulasi pembelajaran secara tatap muka. Di simulasi kali ini, ada yang sedikit berbeda dibandingkan simulasi sebelumnya, yaitu ada pelibatan aktif unsur siswa. “Ada pelibatan aktif dari unsur siswa, seperti dari Pramuka, Paskib, PM, dan lainnya dalam mengawal standar Covid-19”, katanya.

Simulasi penguatan akan dilaksanakan pada Senin (12/10) sampai dengan Sabtu (24/10) di daerah zona oranye penyebaran Covid-19. Sedangkan daerah yang telah memasuki zona kuning melaksanakan pembelajaran secara tatap muka terbatas. Untuk simulasi sendiri, masing-masing sekolah diberikan kesempatan melaksanakan simulasi dalam waktu satu minggu secara bergantian. Sebelumnya, Kepala SMAN 4 Mataram, Drs. Jauhari Khalid ditemui di ruang kerjanya, Senin (12/10) mengatakan, pihaknya hanya melaksanakan satu sesi simulasi penguatan. SMAN 4 Mataram memperoleh kesempatan pada minggu pertama. Menurutnya, simulasi penguatan ini sangat penting bagi sekolah.

“Simulasi penguatan ini kita memparbaiki atau melengkapi apa yang kurang saat simulasi pertama, kita pertajam, sehingga kita lebih sempurna lagi dalam menerapkan protokol Covid-19 ini”, Katanya.

Ia merincikan, siswa masuk secara bergiliran di hari pertama. Siswa yang masuk dari kelas X IPA, XI IPS, dan XII IPS. Di hari kedua, kelas X IPS, XI IPA, dan XII IPA. Setiap siswa mendapatkan kesempatan hadir ke sekolah selama tiga kali dalam seminggu. “Alhamdulillah berjalan sangat lancar”, katanya.

Terkait persiapan, pihaknya menambah termogan. Pihak sekolah juga sangat melibatkan siswa yang tergabung dalam ekskul Pramuka, OSIS, dan PMR sebagai tim.

Meski demikian, diakuinya masih ada siswa yang tidak diizinkan oleh orang tuanya mengikuti simulasi. Menurut Khalid, sekitar 20 persen dari jumlah siswa tidak diberikan izin oleh orang tuanya.

Ia juga berharap, agar pembelajaran tatap muka bisa segera dilaksanakan, Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan siswa yang terus menerus belajar secara daring.

Sumber : Suara NTB