SLB Diminta Libatkan Orang Tua Siswa

Sekolah Luar Biasa (SLB) di NTB diminta untuk melibatkan orang tua siswa dalam proses pendidikan anak. Orang tua bagi siswa SLB memiliki peranan penting mengawal proses tumbuh kembang anak berkebutuhan khusus.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) NTB, Dr. Hj. Eva Sofia Sari, M.Pd., ditemui di ruang kerjanya pada akhir pekan kemarin. Dia menekankan pelibatan orang tua dalam proses pendidikan anak.

“Saya tekankan ikutkan orang tua, misalnya di satu sekolah ada bimbingan teknis tentang penulisan atau bimbibgan lainnya, banyak orang tua yang ikut, seperti ibu-ibu yang tidak bekerja. Itu yang saya harapkan mereka bisa mengawal pendidikan anak, sejauh mana perkembangan anaknya. Karena anak mereka anak istimewa yang berbeda dengan anak yang lain,” jelas Eva.

Eva juga menceritakan, ada seorang ibu yang memiliki anak dengan hambatan fungsional, tetapi disekolahkan di sekolah inklusi. Ibunnya memperhatikan tidak ada perubahan di anaknya. Akhirnya ibu itu berkonsultasi ke Eva. Eva menyarankan agar anaknya dipindah ke SLBN 1 Mataram. Setelah dipindah ke SLBN 1 Mataram, anak itu mengalami perubahan yang lebih baik.

“Memang orang tua harus jeli, jangan sampai ada gengsi anak masuk SLB, seperti kekhawatiran anaknya ikut-ikutan dengan anak lain. Ini yang salah selama ini, padahal sebenarnya yang tidak bisa ditangani di satuan pendidikan inklusif wajib hukumya diterima ke SLB,” kata Eva.

Di samping itu, saat ini pihaknya tengah mendorong semua SLB menerapkan kurikulum merdeka pada tahun ajaran 2023/2024 mendatang. Persiapan telah dilakukan melalui bimbingan teknis dan sosialisasi. “Diharapkan menjadi modal bagi SLB yang belum jadi sekolah penggerak agar bisa menerapkan kurikulum merdeka,” harap Eva.

Eva juga meminta SLB untuk mencari ilmu tentang implementasi kurikulum merdeka (IKM) secara mandiri. SLB sudah melakukan itu. Ia berharap sesuai target dari pihaknya, semua SLB bisa menerapkan kurikulum merdeka pada tahun ajaran baru. SLB juga diminta tidak menjadikan target penerapan kurikulum merdeka sebagai beban.

“Saya rasa setiap satuan pendidikan memiliki tantangan sebelum penerapan kurikulum merdeka, tapi saya minta jangan jadikan beban. Bagi saya pribadi, SLB di NTB sudah semakin maju, tidak hanya adminidstarsi pendidikan, pelayanan pendidikan, tapi juga prestasinya,” pungkas Eva.